Pertama-tama, selamat ya, buat kompi tandu yang KEDUANYA berhasil meraih juara lomba tandu darurat. Masing-masing juara 1 lomba tandu putra (Fikri Siddiq dan M. Syukur R) dan juara 2 lomba tandu putri (Mustika Aulia Zahra dan Nadia Livia Arsy). Kalian hebat deh, pertahankan ya! Oh ya, gak lupa selamat juga buat unit tetangga kita, SMPN 1 Bandung yang berhasil jadi juara 1 PP putra dan juara 1 PP putri sekaligus juara umum PP dan juara piala bergilir.
Sayang sangat disayang, PP kita belum mendapat gelar juara. Maaf ya, semuanya.... khususnya Akang Teteh pelatih, yaitu Kang Adit, Teh Dide, dan Kang Iqbal dan tak lupa pula Kang Eko yang juga ikut melatih persiapan lomba, dengan sabarnya beliau-beliau ngelatih dari pagi sampai sore, dari matahari terbit sampai matahari kembali tenggelam, dari saat bangun ke tidur lagi. Sampai pusing hingga berhari-hari gak bisa tidur, berpikir gimana caranya memenuhi kelengkapan si Patrick (Tas bidai) dan Tas PP. Peluh di badan tak dihiraukan demi almamater.... (Weiss... Bahasanya.... Intinya, kita semua memberi penghargaan setinggi-tingginya buat beliau-beliau)
Ya, pokoknya kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Kita gak pernah ingin mengecewakan Akang Teteh pelatih. Ke depan, kita akan berusaha lebih baik lagi dan lebih baik lagi.***
Mengenai Saya
Minggu, 19 Juni 2011
Rabu, 18 Mei 2011
FLORANCE NIGHTINGALE
Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – meninggal di London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik.[1] Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.
Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan.[2] Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.
Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan oleh para biarawati kepada pasien.
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan tersebut.
Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.
Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan.[2] Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.
Perjalanan ke Jerman
Di tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik).Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan oleh para biarawati kepada pasien.
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan tersebut.
Sabtu, 14 Mei 2011
Tunjukkan Aksimu!
Apa yang melatarbelakangi terbentuknya Palang Merah Remaja?
Untuk Palang Merah Remaja Internasional sendiri sudah diawali sejak Perang Dunia ke-1 dimana waktu itu Palang Merah Australia mengerahkan anak – anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Kepada mereka diberikan tugas ringan, seperti mengumpulkan pakaian bekas, majalah – majalah bekas dari dermawan, menggulung pembalut dan sebagainya. Anak – anak ini dihimpun dalam sebuah organisasi yang dinamakan Junior Red Cross. Nah, hal tersebut diikuti oleh negara-negara lain.
sumber : www.pmi.or.id/ina |
Di Indonesia sendiri, pencetus dari Palang Merah Remaja adalah Ny. Paramitha Abdurrahman dan Ny. Siti Dasimah. Palang Merah Remaja di Indonesia didirikan pada tanggal 1 Maret 1950 dengan nama Palang Merah Pemuda/ PMP.
Kewajiban utama yang dibebankan kepada anggota PMR atau yang biasa disebut Tribhakti PMR adalah sebagai berikut :
- Berbakti kepada masyarakat
- Mempertinggi keterampilan dan memelihara kebersihan dan kesehatan
- Mempererat persahabatan nasional dan internasional
Keanggotaan PMR dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
- PMR Mula : 7-12 tahun, Badge warna hijau
- PMR Madya : 13-16 tahun, Badge warna biru
- PMR Wira : 17-21 tahun, Badge warna kuning
Itulah sedikit mengenai PMR. Sebagai anggota Madya PMR tentunya kita harus berani berbuat. Kita adalah calon PMI. Mulailah dari hal yang paling kecil semisal membantu teman yang luka, menolong teman yang pingsan saat upacara, membawa teman yang sakit ke UKS, dll. Hal kecil pastinya akan membantu kita di kemudian hari. Maka, Tunjukkan Aksimu...!!!
(Alifia Nuzul P, admin)
Selamat Hari Palang Merah Sedunia
"Tutti fratelli" atau "Kita semua bersaudara" itulah slogan yang menggetarkan hati Jean Henry Dunant. Tak banyak orang yang mengenal Dunant. Tak banyak pula yang mengetahui perang Solferino. Namun orang pasti akan mengerti arti dari tanda Palang berwarna Merah.
Dunia bukan hanya sedang krisis ekonomi global tapi juga krisis kemanusiaan global. Kepedulian dan perhatian pada sesama menjadi nomor sekian setelah masalah ekonomi dan politik. Termasuk masalah kepedulian, kesehatan serta hidup dan mati.
Krisis kepedulian ini merupakan krisis yang sangat krusial karena tanpa adanya rasa peduli dan kasih sayang antar sesama maka dunia tidak mungkin berjalan selaras dan seimbang. Rasa peduli akan mengantarkan kita pada suatu titik seimbang yang akan melahirkan sesuatu yang netral.
Jean Henry Dunant memang tak sepopuler Franklin D. Rosevelt atau Albert Einstein. Ia memang bukan seorang pemimpin bangsa dan bukan pula seorang pencetus teori-teori umum. Ia hanyalah seorang pemuda yang menjelma menjadi seorang pejuang kemanusiaan yang jasanya akan selalu dikenang.
Perang di Solferino, Italia Utara pada 24 Juni 1859 membuatnya tergugah dan mengusiknya untuk membuat suatu lembaga kemanusiaan yang netral di semua konflik Tahun 1863 lahirlah Palang Merah Internasional yang merupakan buah gagasan dari catatannya yang berjudul Kenangan dari Solverino atau dalam bahasa aslinya Un Souvenir de Solferino.
Pada 8 Mei puluhan tahun yang lalu, melalui sebuah konferensi internasional diputuskan sebuah tanggal untuk mengenang Dunant dengan menjadikan hari lahirnya sebagai hari Palang Merah Internasional.
Kini sudah lebih dari seabad Palang Merah Internasional berdiri. Sudah banyak yang mereka lakukan dan ajarkan pada masyarakat tidak hanya mengenai hal medis tapi juga mengenai sifat netral dan peduli yang selalu mereka pegang teguh.
Menjadi netral memang tidak mudah, butuh suatu titik dimana kita harus dapat berdiri tegak secara seimbang tanpa berat kepada pihak manapun termasuk saat konflik. Palang Merah internasional bersama sekitar 176 ngara yang tergabung didalamnya dapat menjadi contoh bagi kita untuk dapat melaksanakan tugas tanpa harus memilih dan mempertimbangkan kepentingan .
Semua kegiatan yang dilakukan oleh organisasi Palang Merah didasarkan pada tujuh 7 (tujuh) prinsip dasar yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan. Namun yang paling penting dalam suatu kehidupan adalah hati nurani.
Dalam setiap kegiatannya Palang Merah tidak pernah membedakan status, warna kulit, kekayaan, gender dan kondisi orang yang harus mereka bantu. Perempuan, laki-laki, tua, muda, kaya, miskin, hitam, putih semuanya sama selama mereka masih manusia yang membutuhkan pertolongan.
Selamat Hari Palang Merah Internasional, 8 Mei 2011.
(sumber : www.pmi.or.id/ina )
Dunia bukan hanya sedang krisis ekonomi global tapi juga krisis kemanusiaan global. Kepedulian dan perhatian pada sesama menjadi nomor sekian setelah masalah ekonomi dan politik. Termasuk masalah kepedulian, kesehatan serta hidup dan mati.
Krisis kepedulian ini merupakan krisis yang sangat krusial karena tanpa adanya rasa peduli dan kasih sayang antar sesama maka dunia tidak mungkin berjalan selaras dan seimbang. Rasa peduli akan mengantarkan kita pada suatu titik seimbang yang akan melahirkan sesuatu yang netral.
Jean Henry Dunant memang tak sepopuler Franklin D. Rosevelt atau Albert Einstein. Ia memang bukan seorang pemimpin bangsa dan bukan pula seorang pencetus teori-teori umum. Ia hanyalah seorang pemuda yang menjelma menjadi seorang pejuang kemanusiaan yang jasanya akan selalu dikenang.
Perang di Solferino, Italia Utara pada 24 Juni 1859 membuatnya tergugah dan mengusiknya untuk membuat suatu lembaga kemanusiaan yang netral di semua konflik Tahun 1863 lahirlah Palang Merah Internasional yang merupakan buah gagasan dari catatannya yang berjudul Kenangan dari Solverino atau dalam bahasa aslinya Un Souvenir de Solferino.
Pada 8 Mei puluhan tahun yang lalu, melalui sebuah konferensi internasional diputuskan sebuah tanggal untuk mengenang Dunant dengan menjadikan hari lahirnya sebagai hari Palang Merah Internasional.
Kini sudah lebih dari seabad Palang Merah Internasional berdiri. Sudah banyak yang mereka lakukan dan ajarkan pada masyarakat tidak hanya mengenai hal medis tapi juga mengenai sifat netral dan peduli yang selalu mereka pegang teguh.
Menjadi netral memang tidak mudah, butuh suatu titik dimana kita harus dapat berdiri tegak secara seimbang tanpa berat kepada pihak manapun termasuk saat konflik. Palang Merah internasional bersama sekitar 176 ngara yang tergabung didalamnya dapat menjadi contoh bagi kita untuk dapat melaksanakan tugas tanpa harus memilih dan mempertimbangkan kepentingan .
Semua kegiatan yang dilakukan oleh organisasi Palang Merah didasarkan pada tujuh 7 (tujuh) prinsip dasar yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan. Namun yang paling penting dalam suatu kehidupan adalah hati nurani.
Dalam setiap kegiatannya Palang Merah tidak pernah membedakan status, warna kulit, kekayaan, gender dan kondisi orang yang harus mereka bantu. Perempuan, laki-laki, tua, muda, kaya, miskin, hitam, putih semuanya sama selama mereka masih manusia yang membutuhkan pertolongan.
Selamat Hari Palang Merah Internasional, 8 Mei 2011.
(sumber : www.pmi.or.id/ina )
Langganan:
Postingan (Atom)